Setelah sekian lama terjadwal
dengan rutin, sepertinya ini adalah moment terakhir bisa touring wisata…. Tepatnya tanggal
3 s.d 7 Desember 2010. Waktu itu saya mendapat kabar bahwa Bapak mengalami
sakit. Jempol kaki Bapak mengalami infeksi akibat menginjak bara api, sehingga harus diamputasi. Perlu
diketahui Bapak telah mengidap penyakit Diabetes sejak tahun 1985, waktu yang cukup
lama untuk bisa bertahan bagi pengidap Diabetes. Hal ini terjadi karena
Bapak termasuk orang yang rajin diet dan olah raga. Pertama kali ketahuan
mengidap Diabetes, ketika saya masih duduk di bangku kelas 3 SD di tahun 85. Bapak mengalami kejang dan sakit teramat hebat di kepala, Ibu sibuk memijitin
kepala Bapak sambil memberikan obat pereda rasa sakit. Kami anak-anak juga
membantu memijitin agar berkurang rasa sakitnya. Saking sakitnya Bapak
menyuruh ibu untuk merefleksi kaki dengan Proyektil Peluru Meriam yang
sudah dijadikan Hiasan.
Karena
rasa sakitnya tidak kunjung hilang, maka diputuskan untuk membawa Bapak ke
Rumah Sakit. Dengan menggunakan Mobil tetangga, kami membawa Bapak menuju RS
DKT Dr. Soetarto Jl. Juwadi No. 19, Brontokusuman, Mergangsan, Yogyakarta.
Sepanjang jalan Bapak menusuk-nusukkan Proyektil Meriam di kakinya agar rasa
sakitnya hilang. Kami merasa ngeri dan tidak tega melihat kondisinya yang
demikian menderitanya.
Sesampainya
di RS DKT, Bapak lantas dibawa ke UGD dan diadakan pemeriksaan. Saat itu untuk
pertama kalinya saya masuk Rumah Sakit, saya paling anti dan ngeri dengan
dunia Medis. Bau Obat dan Karbol yang sangat khas menyengat di hidung. Melihat bentuk fisiknya, bangunan tersebut merupakan peninggalan
jaman kolonial Belanda, Tembok Rumah Sakit yang sangat kokoh, umurnya sudah sangat
tua, berbalut cat warna Putih membuat suasana makin sereem.
Hasil
pemeriksaan laboratorium, kadar gula Bapak sangat tinggi sehingga Bapak harus
dirawat agar kadar gulanya kembali normal. Seminggu lebih Bapak Opname di RS
DKT, ibu setia menunggu Bapak nginap di RS, sementara anak-anak pulang ke rumah
dan membesuk secara bergantian.
Di
bulan Desember 2010 ini kondisi Bapak sudah benar-benar menurun, penyakit
diabetesnya sudah dalam stadium tinggi, ditambah pula dengan usia Bapak yang
menginjak 73 tahun, tidak memungkinkan lagi bertahan melawan penyakit yang
sudah diderita sejak tahun 1985, ini berarti sudah 25 tahun perjuangan Bapak
melawan penyakitnya, hingga akhirnya jempol kakinya harus diamputasi.
Bapak bersama orang2 tercinta
I miss u Dad.....
Menantu Tercinta
pak Rimin
Mendengar
kabar bahwa Bapak telah dioperasi maka saya bersama istri bertekad untuk pulang
membesuk Bapak di Rumah sakit, sekaligus melaksanakan touring wisata yang sudah sekian lama tidak dijalankan. Untungnya anak sudah bisa ditinggal di rumah mertua, sehingga
tidak ada masalah lagi yang menghalangi rencana keberangkatan kami.
Tidak
banyak persiapan yang kami butuhkan selain setting kendaraan dan belanja
keperluan selama perjalanan. Untuk mesin sendiri cukup service karburator,
sistim pengereman, sistim kelistrikan, ban dan cek part yang bergerak ( rantai,
Gir, Baut Gir, Laker roda, tali kopling/gas) harus dipastikan semua dalam
kondisi prima. Untuk jaga-jaga, saya menyiapkan spare part motor yang
kemungkinan besar mengalami gangguan ( lampu, kabel kopling, spin / penyambung rantai,
baut knalpot depan, busi, karbu cleaner ) dilengkap dengan kunci-kunci
seperlunya.
Motor dan Perlengkapannya
Siap untuk bertempur
Sedangkan
keperluan selama perjalanan, saya menyiapkan dua buah kaca mata yaitu kacamata
Ray Ban untuk berkendara di siang hari dan kacamata bening untuk berkendara di
malam hari. Lalu mengeluarkan aset penting dari lemari penyimpanan berupa Helm
Ink Top Gun Half Full Face. Helm ini sangat cocok untuk touring jarak jauh,
karena terbuat dari bahan yang berstandar Internasional sehingga sangat aman
terhadap benturan, desainnya juga futuristik sehingga memudahkan bila pingin
minum/makan tidak perlu lepas helm. Lalu jaket Kulit, sepatu safety dan sarung tangan kulit wajib digunakan agar safety selama perjalanan, jaket Kulit sangat maksimal dalam
menahan terpaan angin, disisi lain ketika terjadi accident akan melindungi
kulit dari benturan maupun goresan aspal, hal ini sudah saya buktikan. Saya
sudah mengalami 3 kali jatuh dari motor, yang pertama tidak menggunakan peralatan safety sama
sekali sehingga dampak yang ditimbulkan sangat besar, tubuh saya babak belur
dicium aspal. Kecelakaan yang ke 2 maupun ke 3 saya sudah menggunakan
perlengkapan safety dan hasilnya sangat signifikan, tubuh saya tidak mengalami
luka sedikitpun walau jatuh dari motor dalam kecepatan tinggi. Dan yang paling
penting untuk dibawa adalah Jas hujan, karena di bulan desember ini curah hujan
masih lumayan tinggi. Sementara bekal makanan diperbanyak yang mengandung
kalori seperti coklat, roti, kacang dan cemilan alakadarnya. Begitu pula
minuman diperbanyak air putih dan energy drink.
Walau capek, tetap semangat
Setelah
semua sudah siap, maka saya istirahat / tidur dulu sambil menunggu matahari bergeser posisinya. Saya memilih untuk berangkat agak sore, karena pengalaman sekian lama touring Jakarta –
Jogja akan lebih nyaman bila perjalanan pada malam hari. Keuntungan perjalanan di
malam hari adalah lalu lintas lebih sepi, kecepatan lebih maksimal, udara tidak
panas sehingga tidak kegerahan dan mesin tidak cepat panas (over heat) serta tiba di
tempat tujuan keadaan sudah terang. Sedangkan kelemahan perjalanan di malam hari
adalah ; tidak bisa lihat pemandangan, cepat mengantuk, banyak melewati daerah
rawan, kalau capek tidak bisa sembarangan istirahat. Dengan
pertimbangan tersebut maka perjalanan pada malam hari akan lebih
nyaman daripada siang hari.
Kira-kira
jam 3 sore kami start dari Kelapa Dua Depok, dari Depok kami menuju Jalan
alternatif Cibubur, lalu mampir ke rumah Cikeas untuk mengambil MP3 Player
untuk hiburan selama di perjalanan. Dari cikeas menuju Jl. Raya Cileungsi
mengarah Bekasi Timur. Lalu menyusuri Kalimalang
hingga sampai di Cibitung. Cibitung belok ke kanan mengarah ke Cikarang –
Cikampek – Patok Beusi – Ciasem – Losarang – Indramayu. Intinya kami melalui
jalur Pantura. Sempat istirahat sebentar di Pom Bensin untuk makan malam dan
minum kopi. Kami tidak mau berlama-lama istirahat, karena kalau kebanyakan istirahat badan terasa lemas dan banyak waktu
yang terbuang. Memasuki kota cirebon
kami mampir di Warung Nasi Jamblang langganan … tempat yang wajib disinggahi
setiap touring, sekaligus bernostalgia.
Rehat di Pom Bensin Pantura
Mampir di Tempat Wajib Nasi Jamblang Cirebon
Meninggalkan
kota Cirebon sudah menjelang jam 8 malam, kondisi jalan yang rusak membuat motor
kami pacu dengan kecepatan sedang. Sampai di pertigaan Tanjung lalu belalui
jalur tengah belok ke kanan membelah Pulau Jawa ke arah Ketanggungan – Bumiayu –
Ajibarang , di Ajibarang kami minum susu jahe di sebuah Pom Bensin. Perjalanan
dilanjutkan lagi Purwokerto - Wangon dan
sampai di Jalur Selatan.
Di
jalur selatan sudah Pagi… lalu kami cari sarapan di Pinggir Jalan… endingnya
sampai di Jogja sekitar pukul 6 pagi. Sempat foto-foto di depan Stasiun Rewulu,
lalu Gunung Gedhe arena bermain waktu kecil ( pernah saya ceritakan di episode sebelumnya ).
Nyampai di Stasiun Rewulu
Di depan Stasiun Rewulu
mampir di Gunung Gedhe Nengokin Dhanyange
Di Pintu Masuk Gunung Gedhe
Panorama Diatas Jembatan Sungai Code.. Air bercampur Abu Vulkanik
Rumah Padat Penduduk di sekitar Sungai Code
"Sis Biker"
" Bro Biker "
" Sis and Bro lg mbecak menuju Malioboro"
Jalan-jalan teruuss " Tidak ada waktu yg terbuang"