Dari lokasi
gunung Gepleng Gancahan, kita bergerak kearah selatan, maka pada jarak sekitar
350 meter disamping kanan jalan, kita akan menjumpai lagi sebuah gunung. Gunung
yang satu ini memiliki tinggi sekitar 10 meter dari permukaan tanah. Karena ukurannya
lebih besar dari gunung sebelumnya maka gunung ini dinamai Gunung Gede ( kaleee
). Tapi bener lho… warga sekitar menamainya dengan gunung Gede… sumprit deh.
Wajah gunung Gede Desember 2009 masih sangat rindang
Pintu masuk gunung Gede Desember 2009 saat saya touring Wisata Jakarta - Jogja
Meskipun
dipuncak gunung Gede berupa dataran, namun bentuk gunung Gede lebih mengkerucut
beda sekali dengan tampilan gunung gepleng yang cenderung datar. Pada tepian
dasar gunung dan lerengnya juga ditumbuhi pepohonan yang tidak selebat gunung
gepleng. Dilereng sebelah timur yang
berdekatan dengan jalan raya terdapat sepasang buk yang sekaligus berfungsi
sebagai pintu gerbang menuju kaki gunung Gede.
Untuk menaiki
puncak gunung Gede tidaklah terlalu sulit, kita bisa menaiki anak tangga yang
berada di belakang buk tersebut. Anak tangga berupa undakan dari batu dan semen
yang sengaja dibuat oleh pemilik maupun ahli waris tanah di lokasi gunung Gede.
Undakan tersebut dibuat dengan ketinggian sekitar 30 cm tiap anak tangganya,
sehingga tidak memerlukan energi extra untuk meniti anak tangga tersebut.
Di puncaknya
terdapat dataran yang cukup luas dan ditumbuhi pepohonan. Ada pohon cemara,
wojo, beringin dan rerumputan. Dan yang lebih unik lagi adalah, dipuncak
sebelah barat terdapat makam keluarga. Makam tersebut diberi nisan dan
dikelilingi tembok permanen. Entah siapa gerangan jasad yang dimakamkan di
dalam pusara tersebut, yang jelas keberadaan makam tersebut sudah cukup lama. Meskipun
terdapat makam tua, namun gunung Gede tidak mengeluarkan aura mistis sedikitpun
(terutama pada siang hari….. nenek-nenek juga tau….hehehe ).
Berdiri di
puncak gunung Gede sambil menikmati panorama persawahan nan indah disekeliling
gunung dapat menciptakan suasana rilex, apalagi ketika angin bertiup kencang
maka akan terdengar suara angin menerpa daun cemara mengeluarkan suara yang
sangat merdu terdengar di telinga……hingga menciptakan rasa nyamanan dalam hati.
Karena suasana inilah maka tak jarang gunung Gede menjadi tempat tujuan banyak
orang. Mulai dari serombongan anak sekolah dengan kegiatan pramukanya,
rombongan keluarga yang sekedar mencari udara segar sambil menggelar tikar
untuk pindah makan siang, atau anak-anak sekolah minggu yang ingin merasakan
suasana khotbah di bukit, bahkan sepasang muda mudi yang sedang dimabuk cinta
sering memadu kasih di puncak gunung Gede. Hal ini sangat wajar terjadi di gunung
Gede, mengingat suasana puncak gunung Gede mampu membius hati dan pikiran para
pengunjung untuk berlama-lama berada disitu.
Gunung Gede kini sudah gersang
Meski tidak serindang dulu, Gunung Gede tetap asri untuk dikunjungi
Dulu sewaktu
masih tinggal di Gancahan, saya sering main di gunung Gede bersama teman-teman
sebaya. Biasanya kami ke puncak gunung Gede untuk main sambil tidur-tiduran di
puncaknya. Pernah suatu hari kami tiduran diatas dari siang hingga menjelang
sore hari, ketika bangun kami geragapan dan bergegas pulang karena takut
dimarahi orang tua.
Lebih nyleneh
lagi adalah hal yang dilakukan oleh salah satu temenku yang bernama Gotek… dengan berbekal ilmu tenaga dalam yang
didapatnya secara instant, dia mencari batu akik di gunung gede. Setelah
bermeditasi bak seorang pendekar, mulutnya komat kamit membaca mantra yang
tidak jelas kalimatnya. Setelah itu dia berdiri dan mulai bergerak-gerak
seperti mengeluarkan jurus silat. Entah jurus apa yang dia keluarkan soalnya
setauku Gotek tidak pernah belajar pencak silat. Mungkin dia mendapatkan jurus
itu dari gurunya atau mungkin juga terinspirasi Brahma Kumbara yang setiap hari
disiarkan di Radio Nasional. Entah berapa jurus yang sudah dia keluarkan yang
jelas badannya sudah berkeringat sebesar biji jagung dan raut mukanya memerah.
Saya melihatnya antara ketawa dan serius karena jurusnya sangat aneh dan tidak
ada seninya sama sekali. Tetap saja Gotek mengulang-ulang gerakannya, diakhir
jurusnya dia mengarahkan tangannya pada pohon beringin lalu menarik tangannya
seperti sedang menarik sesuatu lalu…..
tiba-tiba Gotek mundur beberapa langkah dan Gedubraggg… jatuh terpental
kebelakang dan guling-gulingan di tanah. Beberapa saat setelah itu dia mulai
berdiri sambil menggerutu “ Sialan akiknya dijaga kakek sakti, aku ga kuat
menariknya “….. Jiaaah umpatku..…. serius loe ??? Itu tadi bener-bener terpental
apa acting tanyaku ??? Dengan wajah serius Gotek menjawab “ Tenin… aku tadi
diserang sama Kakek Sakti penunggu pusaka “….. Yaudah yang waras ngalah (
batinku )…. Kalau mengingat peristiwa itu … rasanya saya jadi ketawa sendiri… Ngapain
capek-capek cari batu akik yang ga jelas keberadaannya di gunung Gede…
Mendingan pas pasaran PON kita ke pasar Godean, ga usah bawa kembang ataupun
menyan… cukup bawa uang “goceng” ke tempat penjual akik… Pilih sendiri, mau
yang warna warni juga ada…. Dasar Gotek … ngapusiiiii……!!!!
Bakule Akik pasar Godean
0 komentar:
Posting Komentar