BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

13 Juni 2012

Buk MINONG Gancahan


       Buk minong saat ini ( foto kiriman Agus, Juragan dr Semarang )

          Buk adalah pembatas yang dibuat sebagai pengaman  sebuah jembatan, biasanya dibuat seperti persegi panjang setinggi 1 sampai 1,5 meter sedangkan panjangnya menyesuaikan dengan lebar sungai yang berada dibawahnya. Tidak ada yang istimewa dengan buk yang satu ini, melihat bentuk fisiknya, bangunan ini sudah ada sejak jaman dulu.  Dinding Buk yang ditumbuhi lumut berwarna kehitaman karena tidak ada yang membersihkan, disana-sini terdapat coretan tangan jahil dengan menggunakan cat pilox. Entah apa yang ada di otak para tangan jahil ini... apakah tidak ada tempat lagi untuk menyalurkan bakat seni atau memang gawan bayi yang gemar melakukan aksi vandalisme.  Disamping buk ditumbuhi rumput liar yang menambah  tidak sedap dipandang mata.

          Dibawah jembatan terdapat sungai kecil yang airnya selalu mengalir. Oleh warga masyarakat sekitar, aliran sungai  ini dimanfaatkan sebagai sarana irigasi sawah. Walaupun airnya keruh dan berwarna coklat namun didalamnya terdapat cukup banyak ikan, mulai dari ikan kecil jenis wader, cethul, tawes, benceng, sepat, lele bahkan sampai ikan agak besar seperti kutuk dan sidatpun ada.  

         Buk Minong hanyalah sebuah pembatas jembatan kecil disebuah jalan yang menghubungkan desa Sidomulyo dengan desa Puluhan. Lokasinyapun berada di persawahan sebelah selatan desa Sembuh Kidul Sidomulyo Godean Sleman Yogyakarta. Seperti halnya dengan Buk lainnya, dibawahnya terdapat terowongan. Jika airnya surut, maka ujung terowongan akan terlihat dari ujung sebelah, namun bila airnya deras, maka ujungnya tidak kelihatan. 

          Waktu masih duduk di bangku SMP sekitar tahun 1988-1991 ( SMPN Argomulyo ) hampir tiap hari saya melewati buk Minong. Dengan menggunakan sepeda federal, saya memacu laju sepeda melintasi jalan itu agar tidak terlambat menuju ke sekolahan. Di pagi hari udara masih sejuk, acara gowes pagi tambah asyik ketika melintasi persawahan. Bau padi yang masih muda, bercampur dengan bau lumpur/lendut  terasa sangat khas di hidungku.  Sesekali aku menghindari kawanan domba serta lubang, karena saat itu jalanan belum diaspal seperti sekarang.  Begitu juga waktu pulang sekolah, saya memacu sepeda biar cepat sampai di rumah karena perut sudah lapar.

          Memang tidak ada yang istimewa dengan Buk Minong ini, yang menjadi sangat istimewa adalah, dimalam-malam tertentu terdengar suara orang sedang selawatan diiringi dari Buk Minong. Suara terdengar sayup-sayup dibawa angin, kadang terdengar jelas di telinga dan  kadang suara itu hilang. Karena mitos ini sudah beredar dan menjadi pembicaraan warga sehingga ketika suara-suara itu muncul maka orang langsung merinding dan menutup selimut rapat-rapat di sekujur badannya.

         Banyak warga yang sudah membuktikan sumber suara itu berasal dari mana. Ya... dari Buk Minong. Namun bila didekati, dalam radius tertentu, suara itu akan hilang, yang ada hanya kesunyian dan suara  katak serta gemericik air sungai yang berada di bawah buk Minong.  Tidak ada fakta yang kuat untuk membuktikan asal sumber suara itu, belum pernah ada tim investigasi khusus untuk menyelidikinya.  Kalau warga sekitar bilang, tempat itu mengandung unsur mistis dan banyak penghuninya. Kalau dicerna dengan akal sehat, mungkin saja hal itu bisa terjadi, mengingat Buk Minong berada ditengah persawahan, sumber suara itu  berasal dari tempat lain yang dibawa angin, kebetulan angin itu membentuk pusaran  dan berhenti di Buk Minong.

           Sekian lama meninggalkan desa Gancahan, saya sudah tidak pernah dengar kabar tentang suara-suara itu lagi. Mungkin sekarang sudah tidak ada yang mendengar lagi suara-suara aneh itu, atau bahkan orang sudah lupa kalau dulu sering terdengar suara-suara aneh dari situ, kalau bnahasa konyolnya penghuni buk Minong telah bermigrasi ke tempat lain yang lebih sepi.... hehehehe.... sehingga Buk Minong sudah tidak perlu diceritakan lagi oleh siapapun.

            Memang Buk Minong hanya sebuah bangunan biasa, sampai kapanpun Buk Minong akan tetap diam dan membisu… karena memang terbuat dari batu dan semen. Tanpa bermaksud apa-apa, saya sengaja mengangkat cerita Buk Minong ini, agar kita tetap menjaga dan menghargai alam lingkungan sekitar kita, meskipun hanya sebuah buk, tapi bangunan itu sudah berumur tua dan sangat bermanfaat bagi kita semua yang harus dijaga kelestariannya, kebersihannya. Bukan malah dicoret-coret dengan pilox dan rumputnya dibiarkan panjang.

1 komentar:

anin mengatakan...

maaf,mau nawarin tnh di gancahan 7.
Minat? Hub:joko 08161850830 atau joko83@gmail.com.
Foto bisa di email.
Nuwun


Cocok buat investasi di Jogja Barat yg berkembang.

HANYA 8 Km dari TUGU JOGJA.,*Murah 225.000 /m2*
Tanah / sawah,SHM,Milik sendiri, Luas 1219 m2 ,Lebar 11 m.
Lokasi tepi jalan aspal Gancahan (Jl.Godean KM 8,5 / Koramil Godean ke
selatan ),Mobil bisa simpangan.
Akses bisa dari Jl.Godean,Jl.Wates,Sidoarum,Gamping , dilewati angkot
ke terminal Jombor (Jl.Magelang ).
Fasilitas umum yg ada (radius 3 Km ):
SD,SMA 1 Godean,Univ.Wangsa Manggala/ Mercu Buana
RS PKU Muhammadiyah,Puskesmas,Apotik,Praktek dr
Pasar tradisional, Supermarket, Masjid ,Gereja, SPBU, Kantor Polisi,
Lap.Bola, Pemancingan.
Hanya 2 km utara Perum Citra Mutiara Gemilang ( Ciputra Group., 16 HA dilengkapi water park)