BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

23 Oktober 2012

Tongkrongan Gancahan

        Situasi guyub rukun sudah melekat bagi warga desa, hal inilah yang masih terpelihara hingga sekarang. Contoh nyata yang sering dilakukan oleh warga Gancahan adalah “Sambatan”. Ketika salah seorang warga membangun rumah, maka warga sekitar akan dengan sadar berpartisipasi bahu membahu bergotong-royong membantu sang pemilik rumah untuk membangun rumah. Begitu juga saat ada yang meninggal dunia, suasana duka citapun turut dirasakan oleh warga sekitar sehingga keluarga yang berduka merasa terhibur karena banyaknya warga yang bekumpul. “Endong” istilah ini bermaksud menemani warga yang berduka. Suasana ramai bisa berjalan sampai tujuh hari, warga juga senang karena bisa berkumpul sambil bercengkrama, yang berdukapun akan merasa senang karena ditemani banyak orang sehingga mau nggak mau sang pemilik rumah harus menyediakan makanan dan minuman untuk menjamu para tamu. Namun Endong sering disalahgunakan oleh para pelayat, karena bukannya nemenin keluarga yang berduka, justru malah dimanfaatkan untuk main kartu dan berjudi. Bahkan tak segan-segan mengundang bandar Cliwik untuk buka lapak disitu.... waaah.... pelanggaran nih. Tapi itulah hiburan yang membuat mereka betah begadangan. Sebab kalau tidak ada permainan tersebut, maka suasana akan terasa garing dan mengantuk.

        Selain kegiatan yang sifatnya tradisi, kegiatan ngobrol-ngobrol juga tak kalah serunya dilakukan oleh warga desa. Bagi warga dari orang tua sampai remaja, ngobrol sambil nongkrong adalah sebuah ritual wajib. Pada sore hari adalah saat yang asyik untuk nongkrong. Entah kenapa suasana pergantian cuaca dari terang menjadi gelap sangat kondusif untuk ngobrol sehingga desa Gancahan mempunyai beberapa tempat faforit untuk nongkrong / thethek.

       Lapangan Sawo adalah tempat terfavorit untuk nongkrong, kenapa ?? karena tempatnya luas dan terbuka, menikmati semilir angin sepoi sepoi di senja hari, sambil tidur-tiduran di rerumputan sangat nyaman ngobrol di lapangan Sawo. Yang bikin ngga nyaman adalah binatang nyamuk dan mrutu (sejenis serangga kecil seperti nyamuk) yang mengganggu asyiknya ngobrol. Entah kenapa Mrutu dan Nyamuk paling senang berkumpul diatas kepala kami.

        Prapatan   Gancahan  tepatnya  teras  depan  rumahnya  Agus “ Koclock ”  sangat  prestisius  untuk nongkrong. Tempatnya lebar dan dipinggir jalan, selain itu juga terdapat lincak yang cukup panjang sangat nikmat untuk nongkrong di sore hari. Apalagi ibunda Agus buka warung dirumah, sehingga tidak perlu jauh-jauh untuk membeli rokok dan makanan. Kadang yang tidak punya malu malah kasbon di warung. Untung keluarga Agus cukup dermawan, memberikan makanan dan minuman gratis untuk para anak nongkrong. Ditambah lagi tape recorder hitam merk “Simba” sudah dikeluarkan. Maka yang pingin dengerin lagu favorit bisa langsung stel kaset/radio. Karena anak nongkrong punya aliran lagu sendiri, maka harus antri masukin kasetnya. Agus lebih suka lagu-lagu Iwan Fals, saya suka lagu Rock / Metal, Dempok suka lagu Pop Jadul, Pelog suka lagunya Betaria Sonata, Kenting suka lagu dangdut dll. Sehingga anak nongkrong jadi saling suka lagu-lagu berbagai aliran. Yang paling royal adalah Dempok, pernah suatu hari datang membawa buah durian sekeranjang. Sontak kami senang karena ada acara pesta durian, lumayan …. Kapan lagi bisa makan durian gratis. Tapi seminggu kemudian bapaknya Dempok datang kesitu untuk mencari sepeda yang sudah seminggu tidak pulang ke rumah. Setelah di interogasi, akhirnya Dempok ngaku kalau sepeda itu sudah di jual dan uangnya sudah dibelikan buah durian. Jiaah.. ternyata durian rasa Sedel…. Jiampuut….

         Rumahnya Pak Ri… juga menjadi tempat tongkrongan bagi para senior. Rumah yang tidak terlalu luas ini sangat nyaman untuk ngumpul. Lokasinya 200 meter ke selatan dari prapatan Gancahan. Memang tidak pas di pinggir jalan, tempatnya teduh dan terlindung pepohonan yang rindang. Nah para senior lebih senang nongkrong disini, lebih sepi dan tidak berisik seperti di Prapatan. Para yunior kurang cocok nongkrong disini, karena yang diobrolkan kurang asyik untuk disimak, istilahnya obrolan tingkat tinggi lah…

        Selain di  Prapatan dan di Rumah Pak Ri, ada satu tempat lagi yang sering digunakan untuk nongkrong, yakni Kuburan “Suruh“ .  Nah… yang satu ini tempat favorit untuk Uka-Uka…. Tak banyak yang berminat untuk nongkrong disini, tempatnya lumayan angker. Hanya orang-orang tertentu saja yang suka nongkrong disini, terutama yang menggandrungi togel. Sampai sekarang saya masih belum tau tehnik dan caranya meminta nomor kepada penghuni makam. Mosok tanya pada setan..... kalau mau uang ya.... kudu Kerja dong.... ya nggak ?????


0 komentar: