Pak Rimin Episode-2

Selesai pendidikan dasar Keprajuritan di Magelang, maka pada tahun 1960 Pak Rimin dan kawan-kawan menjalani Pendidikan kejuruan Kavaleri di Cibangkong Bandung. Pendidikan kejuruan ini bertujuan untuk memantapkan ilmu keprajuritan khususnya spesialisasi bidang Kavaleri. Kavaleri sendiri merupakan bagian dari Corp Angkatan Darat dimana tugasnya adalah memberikan bantuan tempur bagi Pasukan Infanteri.

Kavaleri identik dengan Kendaraan Lapis Baja ( Tank dan Panser ). Didalam pertempuran konvensional, keberadaan pasukan Kavaleri sangat dibutuhkan untuk menggempur kubu pertahanan maupun persenjataan berat musuh, setelah kubu dan persenjataan musuh itu berhasil dilumpuhkan, maka pasukan Infanterilah yang akan menyerbu secara frontal ke daerah sasaran.

Selain memiliki armada Tank/Panser, pasukan Kavaleri juga memiliki armada pasukan Berkuda dan kuda-kuda yang dimiliki pasukan Kavaleri sangat terlatih. Kuda-kuda ini dalam pertempuran sesungguhnya digunakan untuk mempercepat gerak laju pasukan khususnya di medan-medan yang cukup berat. Namun dalam keadaan Aman, pasukan berkuda bertugas untuk membantu menjaga keamanan pada event-event khusus kenegaraan.

Nah, di Cibangkong inilah Pak Rimin dan teman-teman ditempa dan diasah kemampuan bertempurnya baik secara perorangan maupun dengan menggunakan persenjataan berat Tank dan Panser. Bersama teman-temannya pak Rimin berusaha keras untuk menjadi prajurit yang mahir bertempur.

Suatu saat ketika sedang beristirahat selepas latihan, Pak Rimin bersama kedua orang teman dekatnya yang bernama Slamet dan Sriyono ngobrol santai sambil melepas lelah. Percakapan tiga serangkai inilah yang kelak akan mengubah kehidupan Iman ke tiga orang tersebut menjadi orang yang Taat dan Takut akan Tuhan. Pembicaraan itu diawali oleh Prada Sriyono yang sebelumnya pernah bersekolah di Yayasan Kristen, Prada Sriyono mengajak Prada Rimin dan Prada Slamet untuk iseng-iseng pergi ke Gereja. Gayung bersambut, karena selama ini mereka kurang mendalami dan menjalani keyakinan mereka. Singkat cerita, disaat IB (Ijin Bermalam) mereka bersama-sama mengunjungi salah satu Gereja terdekat di Pusdik tersebut. Menurut Rimin dan ... yang memang belum pernah kenal dengan hal tersebut, kesan pertama tidak ada hal yang istimewa. Namun mereka berdua bisa merasakan ada Kedamaian dan Sukacita yang lain dari pada yang biasanya.

Berawal dari coba-coba, lama-lama mereka semakin jatuh hati dengan keyakinan yang baru mereka kenal. Semakin lama, Iman mereka bertiga semakin bertumbuh dan berkembang hingga menjadi kuat dan berakar dalam hati sanubari mereka, tumbuh subur bagai biji gandum yang disemai di tanah yang subur. Rasa suka cita dan kedamaian yang selama ini tidak pernah mereka rasakan menjadikan energi baru bagi mereka sehingga Prestasi mereka cukup gemilang.

Pada tahun 1961, Pendidikan Kecabangan Kavaleri ditutup dengan upacara penutupan oleh Danpussenkav, lalu dibacakan penempatan di satuan dan Jabatan yang baru. Prada Rimin termasuk teman-teman dekatnya mendapatkan satuan baru di Yonkav 2 / Sersus Magelang. Pemberangkatan pasukan menggunakan Truk menuju ke Magelang, selama perjalanan Prada Rimin begitu ceria bercanda ria, bernyanyi bersama teman-temannya. Ada rasa kepuasan tersendiri yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata karena telah berhasil melewati pendidikan kejuruan yang cukup berat.

Prada Rimin menerawang jauh kembali ke masa kecilnya. Dia ingat peristiwa-peristiwa kehidupan di masa lalu, yang begitu susah payah, mau makan saja sangat susah. Dia ingat sekali sewaktu hari-harinya dilalui bergelut dengan cangkul dan lumpur. Selesai mencangkul ia menyempatkan waktunya untuk mencari belut dan ikan untuk lauk keluarga nanti sore. Pernah sewaktu ia mengejar-kejar lele dumbo di sungai kering bersama kang Riman, mereka berdua sampai jatuh bangun mengejar lele itu, namun lele itu sangat gesit dan licin untuk ditangkap. Ketika mereka giring tiba-tiba lele itu masuk ke dalam sebuah lubang. Lalu dengan sigap Rimin melompat dan merogoh lubang itu. Tangan kanan Rimin masuk ke lubang sampai pangkal lengannya, tiba-tiba ada sesuatu menggigit kelingking tangannya. Aduuuuhhhh teriak Rimin . . . . dengan reflek ia menarik tangannya dari lubang itu. Ternyata ular Demung Kebo masih menggigit di kelingking tangannya. Ular itu lumayan besar dan gigitannya tidak mau lepas. Melihat adiknya digigit ular, kang Riman mengambil arit dan membabat tubuh ular itu. Akhirnya ular itu melepaskan gigitannya dan mati. Darah segar keluar dari kelingkingnya, ada bekas gigitan ular berupa dua titik berlubang. Rimin berteriak dan menangis sejadi-jadinya karena menahan rasa sakit yang luar biasa. Mereka berdua pulang ke rumah, di perjalanan tangan Rimin membiru dan mulai bengkak. Mungkin karena bisa ular itu sudah masuk ke dalam tangannya, ketika sampai di rumah tangan Rimin sudah sebesar batang pohon bambu. Kang Riman buru-buru menjemput Mbah Kromo sesepuh desa setempat, tak lama kemudian Mbah Kromo datang sambil dipapah Kang Riman, Mbah Kromo langsung memegang tangan Rimin yang biru dan bengkak bengkak sebesar Bumbung itu. Mbah kromo membaca doa-doa dan mantera, lalu ia menggigit kelingking Rimin dan menyedot bisa ular yang tertinggal disitu . . .. . . Mulutnya penuh dengan cairan kental dan dia ludahkan ke tanah, terlihat cairan kental berwarna hitam berceceran di tanah. . . . hal itu ia lakukan berulang-ulang hingga cairannya berubah menjadi merah segar. Mbah Kromo mengurut-urut tangan Rimin dari pangkal lengan menuju kelingking. Banyak sekali cairan keluar dari kelingking Rimin. Rasa sakit yang luar biasa membuat Rimin pingsan, namun Mbah Kromo tetap melanjutkan ritualnya sampai tangan Rimin benar-benar kempes. Terakhir dia mengambil ramuan dari kantong sakunya, dan dia tempelkan di bekas gigitan ular itu. Seminggu kemudian luka bekas gigitan itu kering, dan tangan Rimin sembuh seperti semula.

Lamunan Prada Rimin buyar setelah Sriyono menepuk punggung Rimin . . . . . .Hei dari tadi tak perhatiin kamu melamun saja ada apa to Min ?? Prada Rimin hanya tersenyum dan diam seribu basa sambil memperhatikan kelingkingnya yang tidak bisa menggenggam secara sempurna karena bekas digigit Ular sewaktu kecil. Itulah Rimin dia tidak mau menceritakan hal-hal kepahitan masa lalunya kepada teman-temannya, karena dia tidak mau membebani pikiran teman-temannya. Biarlah kepahitan hidupnya menjadi masa lalunya yang ia kenang di saat-saat kesendiriannya.

Sesampainya di Satuan Baru yakni Yonkav-2/Sersus Dam VII Diponegoro, mereka dikumpulkan untuk dibagi penempatan barak. Pada saat pembagian barak inilah Prada Rimin bertemu Prada Yahmin. Prada Yahmin satu angkatan dengan Prada Rimin namun beda kompi, perkenalan mereka sangat singkat namun berkesan sangat mendalam. Sehingga ketika ada cuti pendidikan Prada Rimin diajak oleh Prada Yahmin untuk pulang ke Jogja. Sesampainya tiba di Rumahnya Prada Yahmin, disambut oleh keluarga besar Pak. Karso Dikromo . . . Suasana kehangatan keluarga Karso begitu kental, ditambah lagi sambutan Adik kandung Prada Yahmin yang bernama Asih. . . . Asih menyalami Prada Rimin sambil memperkenalkan dirinya . . . ( maintenance)

Saat itu di beberapa wilayah NKRI sedang bergejolak gerakan Sparatisme, yakni kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan senjata, berusaha untuk menentang kebijakan Pemerintah yang sah dengan tujuan untuk memisahkan diri dari NKRI. Hal ini memang terjadi secara Sporadis di beberapa wilayah Indonesia, mengingat umur NKRI sendiri masih sangat Muda yakni baru 16 tahun sejak diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Bung Karno dan Bung Hatta.

Gerakan sparatis ini muncul akibat campur tangan pihak negara luar (Intelijen Asing), yang ingin memecah belah NKRI sehingga Indonesia dapat mereka kuasai untuk dijajah kembali baik secara fisik maupun secara ekonomi. Secara fisik sudah jelas, Indonesia letaknya sangat strategis karena di apit oleh dua benua dan dua samudera yang menjadi lalu lintas perekonomian dunia, secara ekonomi sudah jelas, Indonesia memiliki Potensi yang sangat besar baik hasil bumi, Laut, Pertanian, Minyak, Tambang dan lain-lain yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain. Tentunya inilah yang membuat pihak asing menyuplai dana dan senjata kepada kelompok tertentu yang sudah mereka galang. Mereka juga mengkader / melatih beberapa orang warga lokal untuk nantinya bisa mengembangan kekuatan di daerahnya. Mereka sengaja menggunakan warga lokal, karena aksesnya lebih banyak dan menguasai medan. Saat itu terjadi beberapa Pemberontakan di beberapa daerah, diantaranya adalah PRRI yang terjadi di Padang Sumatera, Permesta di Sulawesi, DI/TII oleh Sekarmaji Marijan Karto Suwiryo di Garut Jawa Barat, Papua Merdeka di Irian Jaya, GAM di Aceh, PKI di Madiun dan lain-lain. Betapa beratnya tugas TNI khususnya Angkatan Darat untuk menegakkan kedaulatan NKRI yang digoncang oleh gerakan sparatis tersebut, banyak korban jiwa dan harta demi menjaga Kemerdekaan Indonesia

Pada tahun 1961 Prada Rimin dan kawan-kawan mendapat tugas Negara untuk menumpas gerakan PRRI yang terjadi di Padang. Para prajurit yang masih hijau ini langsung dihadapkan pada tugas pertempuran yang sesungguhnya. Berbagai persiapan telah dilakukan, dukungan logistik dan bekal pokok sudah terpenuhi, bahkan bekal cadanganpun ikut disiapkan. Tinggal menunggu perintah kapan pasukan akan diberangkatkan.

Pada suatu Malam diadakan Apel Luar Basa yang diambil langsung oleh Komandan Batalyon dan dibacakan Surat Perintah Kasad yang dijabat oleh Jenderal Ahmad Yani, isinya Surat perintah itu dinyatakan bahwa bahwa Besok pagi, Yonkav-2/Sersus Magelang diberangkatkan menuju ke daerah operasi di Padang untuk menumpas gerakan Sparatis PRRI. Mendengar berita ini banyak prajurit yang semangat untuk berangkat, darah muda mereka terasa bergolak dan mendidih ingin segera menumpas gerakan tersebut. Namun banyak juga dari mereka yang merasa was-was, takut, gentar. Terlihat beberapa prajurit ada mulai mual-mual mau muntah, beberapa orang langsung ijin keluar barisan untuk buang air kecil. Sungguh manusiawi apabila kondisi itu terjadi, dan malam itu suasana begitu tegang dan mencekam.

Namun bagi Prada Rimin dan teman2 dekatnya, kondisi ini tidak membuat mereka gamang, dasar iman dan keyakinan mereka telah membuat hati mereka teguh bagai batu karang. Mereka sangat siap untuk berangkat, karena ” Hidup mereka hanyalah untuk Kristus dan Mati adalah keuntungan ”. Singkat cerita, pagi itu terjadi konvoi pasukan Tank dan Panser besar-besaran menuju ke Semarang selanjutnya diberangtakan ke Padang dengan menggunakan Kapal Laut oleh Pangdam VII Diponegoro Kolonel Soeharto. Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya mereka berdoa mohon perlindungan dari Tuhan.

Ketika tiba di daerah operasi, Komandan Pasukan langsung melakukan pengecekan seluruh personel dan materiil. Setelah itu mereka berangkat menuju ke daerah persiapan untuk bergabung dengan pasukan lain yang lebih dahulu tiba di daerah operasi.

To be Continued lagi kumpulin data.