BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

24 Oktober 2012

Touring Wisata Jakarta - Jogja 3 sd 7 Desember 2010

        Setelah sekian lama terjadwal dengan rutin, sepertinya ini adalah  moment terakhir bisa touring wisata…. Tepatnya tanggal 3 s.d 7 Desember 2010. Waktu itu saya mendapat kabar bahwa Bapak mengalami sakit. Jempol kaki Bapak mengalami infeksi akibat menginjak bara api, sehingga harus diamputasi. Perlu diketahui Bapak telah mengidap penyakit Diabetes sejak tahun 1985, waktu yang cukup lama  untuk bisa bertahan bagi pengidap Diabetes. Hal ini terjadi karena Bapak termasuk orang yang rajin diet dan olah raga. Pertama kali ketahuan mengidap Diabetes, ketika saya masih duduk di bangku kelas 3 SD di tahun 85. Bapak mengalami kejang dan sakit teramat hebat di kepala, Ibu sibuk memijitin kepala Bapak sambil memberikan obat pereda rasa sakit. Kami anak-anak juga membantu memijitin agar berkurang rasa sakitnya. Saking sakitnya Bapak menyuruh ibu untuk merefleksi kaki  dengan Proyektil Peluru Meriam yang sudah dijadikan Hiasan.
       Karena rasa sakitnya tidak kunjung hilang, maka diputuskan untuk membawa Bapak ke Rumah Sakit. Dengan menggunakan Mobil tetangga, kami membawa Bapak menuju RS DKT Dr. Soetarto Jl. Juwadi No. 19, Brontokusuman, Mergangsan, Yogyakarta. Sepanjang jalan Bapak menusuk-nusukkan Proyektil Meriam di kakinya agar rasa sakitnya hilang. Kami merasa ngeri dan tidak tega melihat kondisinya yang demikian menderitanya. 
        Sesampainya di RS DKT, Bapak lantas dibawa ke UGD dan diadakan pemeriksaan. Saat itu untuk pertama kalinya saya masuk Rumah Sakit, saya paling anti dan ngeri dengan dunia Medis. Bau Obat dan Karbol  yang sangat khas menyengat di hidung. Melihat bentuk fisiknya, bangunan tersebut merupakan peninggalan jaman kolonial Belanda, Tembok Rumah Sakit yang sangat kokoh, umurnya sudah sangat tua, berbalut cat warna Putih membuat suasana makin sereem.
        Hasil pemeriksaan laboratorium, kadar gula Bapak sangat tinggi sehingga Bapak harus dirawat agar kadar gulanya kembali normal. Seminggu lebih Bapak Opname di RS DKT, ibu setia menunggu Bapak nginap di RS, sementara anak-anak pulang ke rumah dan membesuk secara bergantian.
         Di bulan Desember 2010 ini kondisi Bapak sudah benar-benar menurun, penyakit diabetesnya sudah dalam stadium tinggi, ditambah pula dengan usia Bapak yang menginjak 73 tahun, tidak memungkinkan lagi bertahan melawan penyakit yang sudah diderita sejak tahun 1985, ini berarti sudah 25 tahun perjuangan Bapak melawan penyakitnya, hingga akhirnya jempol kakinya harus diamputasi.
Bapak bersama orang2 tercinta

I miss u Dad.....

Menantu Tercinta

pak Rimin

      Mendengar kabar bahwa Bapak telah dioperasi maka saya bersama istri bertekad untuk pulang membesuk Bapak di Rumah sakit, sekaligus melaksanakan touring wisata yang sudah sekian lama tidak dijalankan. Untungnya anak sudah bisa ditinggal di rumah mertua, sehingga tidak ada masalah lagi yang menghalangi rencana keberangkatan kami.
         Tidak banyak persiapan yang kami butuhkan selain setting kendaraan dan belanja keperluan selama perjalanan. Untuk mesin sendiri cukup service karburator, sistim pengereman, sistim kelistrikan, ban dan cek part yang bergerak ( rantai, Gir, Baut Gir, Laker roda, tali kopling/gas) harus dipastikan semua dalam kondisi prima. Untuk jaga-jaga, saya menyiapkan spare part motor yang kemungkinan besar mengalami gangguan ( lampu, kabel kopling, spin / penyambung rantai, baut knalpot depan, busi, karbu cleaner ) dilengkap dengan kunci-kunci seperlunya.

Motor dan Perlengkapannya


Siap untuk  bertempur

          Sedangkan keperluan selama perjalanan, saya menyiapkan dua buah kaca mata yaitu kacamata Ray Ban untuk berkendara di siang hari dan kacamata bening untuk berkendara di malam hari. Lalu mengeluarkan aset penting dari lemari penyimpanan berupa Helm Ink Top Gun Half Full Face. Helm ini sangat cocok untuk touring jarak jauh, karena terbuat dari bahan yang berstandar Internasional sehingga sangat aman terhadap benturan, desainnya juga futuristik sehingga memudahkan bila pingin minum/makan tidak perlu lepas helm.  Lalu jaket Kulit, sepatu safety dan sarung tangan kulit wajib digunakan agar safety selama perjalanan, jaket Kulit sangat maksimal dalam menahan terpaan angin, disisi lain ketika terjadi accident akan melindungi kulit dari benturan maupun goresan aspal, hal ini sudah saya buktikan. Saya sudah mengalami 3 kali jatuh dari motor, yang pertama  tidak menggunakan peralatan safety sama sekali sehingga dampak yang ditimbulkan sangat besar, tubuh saya babak belur dicium aspal. Kecelakaan yang ke 2 maupun ke 3 saya sudah menggunakan perlengkapan safety dan hasilnya sangat signifikan, tubuh saya tidak mengalami luka sedikitpun walau jatuh dari motor dalam kecepatan tinggi. Dan yang paling penting untuk dibawa adalah Jas hujan, karena di bulan desember ini curah hujan masih lumayan tinggi. Sementara bekal makanan diperbanyak yang mengandung kalori seperti coklat, roti, kacang dan cemilan alakadarnya. Begitu pula minuman diperbanyak air putih dan energy drink.
Walau capek, tetap semangat

       Setelah semua sudah siap, maka saya istirahat / tidur dulu sambil menunggu matahari bergeser posisinya. Saya memilih untuk berangkat agak sore, karena pengalaman sekian lama touring Jakarta – Jogja akan lebih nyaman bila perjalanan pada malam hari. Keuntungan perjalanan di malam hari adalah lalu lintas lebih sepi, kecepatan lebih maksimal, udara tidak panas sehingga tidak kegerahan dan mesin tidak cepat panas (over heat) serta tiba di tempat tujuan keadaan sudah terang. Sedangkan kelemahan perjalanan di malam hari adalah ; tidak bisa lihat pemandangan, cepat mengantuk, banyak melewati daerah rawan, kalau capek tidak bisa sembarangan istirahat. Dengan pertimbangan tersebut maka perjalanan  pada malam hari akan lebih nyaman daripada siang hari.
               
          Kira-kira jam 3 sore kami start dari Kelapa Dua Depok, dari Depok kami menuju Jalan alternatif Cibubur, lalu mampir ke rumah Cikeas untuk mengambil MP3 Player untuk hiburan selama di perjalanan. Dari cikeas menuju Jl. Raya Cileungsi mengarah Bekasi Timur.  Lalu menyusuri Kalimalang hingga sampai di Cibitung. Cibitung belok ke kanan mengarah ke Cikarang – Cikampek – Patok Beusi – Ciasem – Losarang – Indramayu. Intinya kami melalui jalur Pantura. Sempat istirahat sebentar di Pom Bensin untuk makan malam dan minum kopi. Kami tidak mau berlama-lama istirahat, karena kalau kebanyakan  istirahat badan terasa lemas dan banyak waktu yang terbuang.  Memasuki kota cirebon kami mampir di Warung Nasi Jamblang langganan … tempat yang wajib disinggahi setiap touring, sekaligus bernostalgia.

Rehat di Pom Bensin Pantura

Mampir di Tempat Wajib Nasi Jamblang Cirebon

        Meninggalkan kota Cirebon sudah menjelang jam 8 malam, kondisi jalan yang rusak membuat motor kami pacu dengan kecepatan sedang. Sampai di pertigaan Tanjung lalu belalui jalur tengah belok ke kanan membelah Pulau Jawa ke arah Ketanggungan – Bumiayu – Ajibarang , di Ajibarang kami minum susu jahe di sebuah Pom Bensin. Perjalanan dilanjutkan lagi Purwokerto -  Wangon dan sampai di Jalur Selatan.

        Di jalur selatan sudah Pagi… lalu kami cari sarapan di Pinggir Jalan… endingnya sampai di Jogja sekitar pukul 6 pagi. Sempat foto-foto di depan Stasiun Rewulu, lalu Gunung Gedhe arena bermain waktu kecil ( pernah saya ceritakan di episode sebelumnya ).

 Nyampai di Stasiun Rewulu 
Di depan Stasiun Rewulu
mampir di Gunung Gedhe Nengokin Dhanyange

Di Pintu Masuk Gunung Gedhe

Panorama Diatas Jembatan Sungai Code.. Air bercampur Abu Vulkanik

Rumah Padat Penduduk di sekitar Sungai Code

"Sis Biker"

" Bro Biker "

" Sis and Bro lg mbecak menuju Malioboro"

Jalan-jalan teruuss " Tidak ada waktu yg terbuang"




23 Oktober 2012

Tongkrongan Gancahan

        Situasi guyub rukun sudah melekat bagi warga desa, hal inilah yang masih terpelihara hingga sekarang. Contoh nyata yang sering dilakukan oleh warga Gancahan adalah “Sambatan”. Ketika salah seorang warga membangun rumah, maka warga sekitar akan dengan sadar berpartisipasi bahu membahu bergotong-royong membantu sang pemilik rumah untuk membangun rumah. Begitu juga saat ada yang meninggal dunia, suasana duka citapun turut dirasakan oleh warga sekitar sehingga keluarga yang berduka merasa terhibur karena banyaknya warga yang bekumpul. “Endong” istilah ini bermaksud menemani warga yang berduka. Suasana ramai bisa berjalan sampai tujuh hari, warga juga senang karena bisa berkumpul sambil bercengkrama, yang berdukapun akan merasa senang karena ditemani banyak orang sehingga mau nggak mau sang pemilik rumah harus menyediakan makanan dan minuman untuk menjamu para tamu. Namun Endong sering disalahgunakan oleh para pelayat, karena bukannya nemenin keluarga yang berduka, justru malah dimanfaatkan untuk main kartu dan berjudi. Bahkan tak segan-segan mengundang bandar Cliwik untuk buka lapak disitu.... waaah.... pelanggaran nih. Tapi itulah hiburan yang membuat mereka betah begadangan. Sebab kalau tidak ada permainan tersebut, maka suasana akan terasa garing dan mengantuk.

        Selain kegiatan yang sifatnya tradisi, kegiatan ngobrol-ngobrol juga tak kalah serunya dilakukan oleh warga desa. Bagi warga dari orang tua sampai remaja, ngobrol sambil nongkrong adalah sebuah ritual wajib. Pada sore hari adalah saat yang asyik untuk nongkrong. Entah kenapa suasana pergantian cuaca dari terang menjadi gelap sangat kondusif untuk ngobrol sehingga desa Gancahan mempunyai beberapa tempat faforit untuk nongkrong / thethek.

       Lapangan Sawo adalah tempat terfavorit untuk nongkrong, kenapa ?? karena tempatnya luas dan terbuka, menikmati semilir angin sepoi sepoi di senja hari, sambil tidur-tiduran di rerumputan sangat nyaman ngobrol di lapangan Sawo. Yang bikin ngga nyaman adalah binatang nyamuk dan mrutu (sejenis serangga kecil seperti nyamuk) yang mengganggu asyiknya ngobrol. Entah kenapa Mrutu dan Nyamuk paling senang berkumpul diatas kepala kami.

        Prapatan   Gancahan  tepatnya  teras  depan  rumahnya  Agus “ Koclock ”  sangat  prestisius  untuk nongkrong. Tempatnya lebar dan dipinggir jalan, selain itu juga terdapat lincak yang cukup panjang sangat nikmat untuk nongkrong di sore hari. Apalagi ibunda Agus buka warung dirumah, sehingga tidak perlu jauh-jauh untuk membeli rokok dan makanan. Kadang yang tidak punya malu malah kasbon di warung. Untung keluarga Agus cukup dermawan, memberikan makanan dan minuman gratis untuk para anak nongkrong. Ditambah lagi tape recorder hitam merk “Simba” sudah dikeluarkan. Maka yang pingin dengerin lagu favorit bisa langsung stel kaset/radio. Karena anak nongkrong punya aliran lagu sendiri, maka harus antri masukin kasetnya. Agus lebih suka lagu-lagu Iwan Fals, saya suka lagu Rock / Metal, Dempok suka lagu Pop Jadul, Pelog suka lagunya Betaria Sonata, Kenting suka lagu dangdut dll. Sehingga anak nongkrong jadi saling suka lagu-lagu berbagai aliran. Yang paling royal adalah Dempok, pernah suatu hari datang membawa buah durian sekeranjang. Sontak kami senang karena ada acara pesta durian, lumayan …. Kapan lagi bisa makan durian gratis. Tapi seminggu kemudian bapaknya Dempok datang kesitu untuk mencari sepeda yang sudah seminggu tidak pulang ke rumah. Setelah di interogasi, akhirnya Dempok ngaku kalau sepeda itu sudah di jual dan uangnya sudah dibelikan buah durian. Jiaah.. ternyata durian rasa Sedel…. Jiampuut….

         Rumahnya Pak Ri… juga menjadi tempat tongkrongan bagi para senior. Rumah yang tidak terlalu luas ini sangat nyaman untuk ngumpul. Lokasinya 200 meter ke selatan dari prapatan Gancahan. Memang tidak pas di pinggir jalan, tempatnya teduh dan terlindung pepohonan yang rindang. Nah para senior lebih senang nongkrong disini, lebih sepi dan tidak berisik seperti di Prapatan. Para yunior kurang cocok nongkrong disini, karena yang diobrolkan kurang asyik untuk disimak, istilahnya obrolan tingkat tinggi lah…

        Selain di  Prapatan dan di Rumah Pak Ri, ada satu tempat lagi yang sering digunakan untuk nongkrong, yakni Kuburan “Suruh“ .  Nah… yang satu ini tempat favorit untuk Uka-Uka…. Tak banyak yang berminat untuk nongkrong disini, tempatnya lumayan angker. Hanya orang-orang tertentu saja yang suka nongkrong disini, terutama yang menggandrungi togel. Sampai sekarang saya masih belum tau tehnik dan caranya meminta nomor kepada penghuni makam. Mosok tanya pada setan..... kalau mau uang ya.... kudu Kerja dong.... ya nggak ?????